Wednesday, April 8, 2020

MENULIS TANPA IDE (RESUME #8)




Hari, tanggal : Selasa, 7 April 2020
Narasumber  : Budiman Hakim

Pertemuan belajar menulis gelombang 7 yang ke delapan ini bersama seorang penggiat literasi yang mengawali kariernya sebagai copywriter. Materi yang disampaikan beliau yaitu tentang menulis tanpa ide. Pak Budiman sering dipanggil Om Bud, sapaan akrabnya. Keluarganya juga ikutan memanggil Om Bud. Pada awal materi, Om Bud menyampaikan bahwa tulisan yang bagus adalah yang mampu menggugah emosi pembacanya. Cara menilainya hanya dengan satu pertanyaan, yaitu apakah buku kita mampu membuat pembaca tertawa terbahak-bahak? Artinya ketika orang menangis atau tertawa maka disitulah saat tulisan kita mampu menggugah emosi pembacanya. Jadi kata kuncinya adalah emosi.
Om Bud membagi dua metode yang dapat kita lakukan, yaitu:
1.    Memanfaatkan emosi
Tuliskan semua perubahan emosi dalam kehidupan kita sehari-hari. Metode ini disebut cerpenting oleh Om Bud. Cerpenting yaitu cerita pendek tidak penting. Metode ini menuliskan peristiwa-peristiwa remeh yang terjadi di sekitar kita. Meskipun ceritanya sepele tetapi dapat membuat kita tertawa, marah, atau terharu atas peristiwa itu. Menulis cerpenting memang menulis sesuatu yang tidak penting, tetapi manfaatnya sangat penting.
2.    Memancing emosi
Dari emosi yang kita dapat bisa kita konversikan menjadi ide. Caranya adalah dengan memperhatikan sekeliling kita. Lalu tuliskan benda-benda yang kita tangkap melalui panca indera. Kemudian digabungkan dan disusun semua benda tadi menjadi satu kesatuan dalam beberapa kalimat. Dengan menuliskan apa yang ditemukan oleh pancaindera, tulisan tersebut akan berfungsi menjadi pemicu supaya ide datang.

Menulis adalah sebuah proses. Menulis bukan skill yang diperoleh dari waktu semalam saja. Jika sudah terbiasa menulis cerpenting, maka kita akan selalu mendapat pemicu untuk menulis. Tidak perlu mikirin untuk apa tulisan itu. Anggap saja tulisan itu adalah latihan menulis yang menyenangkan. “Ide itu bukan ditunggu, tetapi harus dipancing.”

Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
Guru SDN Slametan, Gunungkidul, DIY.   

3 comments: