Hari, tanggal :
Senin, 20 April 2020
Narasumber : Catur
Nurochman Oktavian
Peresume : Riani
Astuti (SDN Slametan, Gunungkidul)
Dua malam tidak materi, rasanya aneh.
Para peserta biasanya setiap malam sudah siap stay menyimak grup WA belajar menulis.
Malam ini adalah malam yang ditunggu-tunggu, materi ke 17 dengan narasumber
yang tidak kalah hebat, yaitu Bapak Catur Nurochman ketua departemen Litbang PB
PGRI. Tema kali ini yaitu menulis cepat dan tepat, yak tidak hanya asal tepat
saja namun juga harus tepat. Passion
dari Pak catur ini dalam menulis sudah dimulai sejak tahun 1999. Pertama
menerbitkan karya dalam bentuk buku tahun 2003. Sampai sekarang beliau masih
tetap menulis. Tips dari beliau, kita harus mengalahkan musuh utama dalam
menulis, yaitu rasa takut dan malas. Takut tulisannya jelek, takut tulisannya
dicela, takut tulisannya sudah basi, dan takut takut lainnya. Hal ini yang
dapat menghambat kita dalam memulai sebuah tulisan.
Setiap penulis yang baik tentu tidak
membutuhkan “mood”. Tidak ada alasan tidak menulis, karena tidak ada mood. Mood
harus disingkirkan dari benak Anda jika menghambat kerja otak dalam menulis. Bayangkan
Anda seorang yang bekerja menghasilkan tulisan seperti wartawan, kolumnis, dan
redaktur majalah. Jika mereka bekerja mengandalkan mood, tentu karirnya akan
tamat seketika. Isaac Asimov, seorang penulis fiksi ilmiah yang memiliki
reputasi bagus, mengakui bahwa cara ia menulis adalah “simpel dan apa adanya”.
Menulis hal yang aktual dan sesuai dengan gaya selingkung media yang akan
dituju, menjadi kunci sebuah tulisan diterbitkan. Seperti dikatakan asimov
tadi, seorang penulis yang baik, maka ia dapat menulis dengan cepat. Perlu
diingat, bahwa setiap orang yang mampu mengerjakan sesuatu dengan baik, maka ia
dapat melakukan lebih cepat dibandingkan orang yang tidak bekerja secara baik. Menulis
adalah sebuah kecakapan atau keterampilan. Bila Anda menguasai secara detail
pengerjaan tulis menulis, maka kecakapan itu akan berbanding lurus dengan
kecepatan pengerjaan. Menulislah dengan simpel dan apa adanya mengandung
maksud, jadilah dirimu sendiri ketika menulis.
Bagaimana caranya menemukan gaya atau
menjadi diri sendiri ketika menulis? Tentu dengan perbanyak menulis dan membaca
untuk mempelajari gaya tulisan orang lain atau copy the master. Noted: Jangan
paksakan diri dengan menulis sesuatu yang berlebihan di luar gaya Anda. Kalau
suka traveling, tuliskan kisah perjalanan Anda. Tentu Anda akan lebih mudah
menuliskan sesuatu yang disukai. Tuturkan segala yang ada secara sederhana
dengan cara Anda. Salah satu yang membuat seseorang tidak mampu menghasilkan
tulisan yang baik adalah karena mencoba memasukkan kata atau kalimat yang
membuat pembaca tidak paham pesan apa yang dimaksud dalam tulisan itu. Menulis
itu untuk dibaca. Oleh karena itu, pesan dalam tulisan harus jelas dapat
dipahami oleh pembaca. Jika menulis dengan kalimat yang tidak simpel, maka
tujuan pesan Anda dalam tulisan tidak tersampaikan. Bahkan hanya membuat kening
pembaca berkerut.
Menulislah seperti berbicara. Ketika
berbicara kepada teman, tentu tidak ada keinginan Anda menggelembungkan kata
atau kalimat dengan bahasa yang berlebihan. Ketika berbicara kepada orang lain,
tentu sedapat mungkin menggunakan bahasa yang dapat mudah dipahami, iya kan? Bagi
seorang pemula: Mengapa Anda masih ragu menghasilkan draf tulisan yang pertama?
Biarkan tulisan yang dihasilkan jelek, karena Anda masih punya banyak waktu
untuk memperbaiki draf tersebut. Setiap media memiliki gaya selingkung
masing-masing sesuai kebijakan redaksinya. Misalnya, kita perlu mengetahui,
berapa jumlah kata dalam artikel yang bisa dimuat di media itu, dan aturan
penulisannya. Atau rubrik apa saja yang tersedia di media tersebut. Setiap
media memiliki gaya selingkung masing-masing sesuai kebijakan redaksinya. Misalnya,
kita perlu mengetahui, berapa jumlah kata dalam artikel yang bisa dimuat di
media itu, dan aturan penulisannya. Atau rubrik apa saja yang tersedia di media
tersebut. Tidak usah kuatir tulisan kita ditolak dan dianggap jelek. Perbaiki
lagi kekurangannya, dan terus kirim lagi. Banyak faktor mengapa tulisan tidak
diterima redaksi. Mungkin tulisan tidak aktual? Atau space dalam edisi penerbitan
sudah penuh.
Pesan dari Pak catur: “Biarkan tulisan
yang dihasilkan jelek, karena Anda masih punya banyak waktu untuk memperbaiki
draf tersebut. Draf tulisan yang jelek masih dapat diperbaiki daripada tidak
ada draf sama sekali.” Jangan ada keraguan didiri kitam yang penting menulis, menulis
dan menulis. Jangan sampai berhenti menulis.
Oleh:
Riani Astuti, S.Pd.
Guru
SDN Slametan, Gunungkidul, DIY.
No comments:
Post a Comment