Mie
ayam bakso? Siapa sih yang tidak doyan dengan makanan satu ini. Makanan
nusantara yang ada di mana aja. Rasa yang bisa diterima oleh lidah masyarakat
Indonesia dari suku manapun. September 2016 s.d. September 2017 aku mengikuti
program mengajar di daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Penempatanku
di Gayo Lues, Aceh. Aku berasal dari Yogyakarta bersama 59 temanku yang
lainnya. Kami ditempatkan di sekolah-sekolah
di Kabupaten Gayo Lues yang masih sangat membutuhkan guru.
Setiap
sebulan sekali kami berenampuluh mengadakan pertemuan di sekretariat di kota Blangkejeren,
yang merupakan ibu kota Kabupaten Gayo Lues. Setiap kali mendarat di kota Blangkejeren,
tempat favorit yang pertama kita datangi adalah warung Mie Ayam Pak Gun. Pak
Gun asli Solo, Jawa Tengah, jadi sudah seperti saudara sendiri di tanah rantau.
Harga mie ayam bakso Pak Gun masih tergolong murah di tanah rantau yaitu Rp 12.000
kala itu. Di Kecamatan atau Desa penempatan kami tidak ada yang menjual mie
ayam bakso. Satu-satunya warung mie ayam bakso yaitu di Kota Blangkejeren itu
dengan waktu tempuh 3 jam dari Desa penempatanku.
Terasa
sekali Jawanya ketika melahap semangkok mie ayam bakso di warung Pak Gun kala
itu. Rasa kangen rumah sedikit terobati, sambil menikmati wifi dan sinyal untuk
memberi kabar keluarga di rumah. Maklum, di desa penempatan tidak ada sinyal. Tak
jarang teman-teman yang nongkrong di sana sambil video call keluarga di rumah
atau sekedar berbincang-bincang dengan Pak Gun. Selama liburan Ramadhan, di Aceh
libur satu bulan penuh. Aku dan ketiga temanku membantu Pak Gun dan istrinya
berjualan mie ayam. Kami selalu buka bersama dengan keluarga Pak Gun. Terima
kasih Pak Gun, kita menemukan saudara di ujung Negeri.
Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
Guru SDN Slametan, Gunungkidul, DIY.
No comments:
Post a Comment