Tuesday, March 31, 2020

Kue Kacang, Obat galau dikacangin dia



Emang enak dikacangin? Kasian deh. Mending order kue kacang terendeuzzz se Asia Tenggara. Harganya? Sangat bersahabat gaessss… Kuyyy buruann order keburu kehabisan… buat temen WFH, temen social distancing, temen nge teh sekeluarga, asik banget dah. Nggak perlu pakai keluar rumah dong. Tinggal pesen ajah lewat WA 6281xxxx  sertakan nama, alamat serta jumlahnya. Barang langsung diantar ke rumah kalian gaess. So, tunggu apalagi gaess..


Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
Guru SD Slametan, Gunungkidul, DIY.   

GUDEG JOGJA




Siapa sih yang tidak kenal dengan manisnya cewek Jogja, eh gudeg jogja. Makanan yang tersweet ini terbuat dari nangka yang belum matang istilah Jawanya ‘gori’. Makanan manis-manis memang favoritnya warga Jogja dan sekitarnya sehingga menjadi ciri khas. Bagi warga di luar Jogja, kalau belum mencoba gudeg berarti belum afdol main ke Jogja.
Pagi itu Andini bersama teman kuliahnya membeli sarapan. Sudah menjadi rutinitas pagi, jalan pagi sambil membeli sarapan. Berbagai makanan tersedia di sekitar pinggir jalan, taman kuliner dekat kos, asrama, kampus. Akan tetapi kurang begitu menggugah rasa Andini untuk makan apa pagi itu. “Bosen ya makanannya itu-itu aja,” celetuk Andini.
Andini tidak biasanya juga seperti ini. Ada yang aneh dari selera makan Andini akhir-akhir ini. Lantas apa yang membuatnya seperti itu. Andini terlihat merenung sambil memandangi foto-foto dalam instagramnya. Kenangan-kenangan saat di Jawa. Sudah genap setahun ini Andini di tanah Borneo untuk mengambil gelar profesi.



Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
Guru SD Slametan, Gunungkidul, DIY.   

Monday, March 30, 2020

MEMBANGUN BRANDING MELALUI BLOG DAN MEDSOS (RESUME #3)




Hari, tanggal   : Senin, 30 Maret 2020
Narasumber   : Bapak Namin AB Ibnu Solihin

Pertemuan ketiga belajar menulis secara online melalui WA Grup gelombang 7 ini membahas tentang “Membangun Branding melalui Blog dan Media Sosial” dengan narasumber Bapak Namin, founder motivatorpendidikan.com, slideshare.net, dll. Beliau menyampaikan bahwa membangun branding harus bersungguh-sungguh dan sejalan dengan kompetensi yang kita miliki.
Menulis konten Blog dengan konsisten merupakan kewajiban, misal dalam pendidikan maka menulis tentang berbagai hal tentang pendidikan. Pak Namin berpesan agar lebih mendalami blog melalui blog miliknya, karena banyak materi yang menarik dan bermanfaat. Selanjutnya beliau membuka sesi diskusi dengan peserta workshop.
Berbagai pertanyaan sudah mulai muncul dari beberapa peserta, Pak Namin segera merespon dengan baik. Ada beberapa jawaban yang diberikan oleh Pak Namin, antara lain:
1.    Menulis di blog merupakan kebutuhan, jika tidak menulis maka orang tidak akan mengenal kita.
2.    Menulis juga sebagai media berbagi inspirasi
3.    Blog walking, yaitu berkunjung ke blog teman lainnya
4.    Belajar menemukan passion dan banyak belajar dari setiap orang yang ditemui
5.    Membangun brand lewat blog dan medsos wajib punya ciri khas
6.    Kunci menulis adalah hal-hal yang bermanfaat dan kita sukai
7.    Tips agar blog menarik : banyak baca buku, belajar design grafis, hadirkan template yang mudah dan tidak berat, bersifat informatif, padukan video, gambar serta tulisan, rajin blog walking agar bisa belajar dari orang lain.

Terima kasih Pak Namin dan Om Jay, ilmunya sangat bermanfaat :) 



Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
Guru SD Slametan, Gunungkidul, DIY.

PENTIGRAF (RESUME #2)




Hari, tanggal : Sabtu, 29 Maret 2020
Narasumber  : Ibu Rosiana Febriyanti

Materi kedua belajar menulis gelombang 7 secara online melalui wa grup yaitu Pentigraf yang disampaikan oleh Ibu Rosiana. Pada awalnya, dijelaskan tentang apa itu pentigraf (cerpen tiga paragraf). Pentigraf ini juga termasuk fiksi mini yang dibatasi oleh tiga paragraph saja. Ciri dari pentigraf yaitu:
1.    Panjang tulisan adalah tiga paragraf
2.    Satu paragraf hanya memiliki satu gagasan pokok
3.    Secara teknis penulisan di komputer, satu paragraf yaitu satu kali enter
4.    Sebagai cerpen, pentigraf memiliki ciri narasi: a) Alur (ada konfliknya), b) tokoh (yang menggerakkan alur), c) topik (persoalan tokoh), dan d) latar (waktu, tempat dan suasana)
Beliau menyampaikan inti dari menulis pentigraf ini yang penting antara lain:
1.    Ide Kreatif
a.    Ide dari mana saja yang dapat dikelola menjadi sebuah cerita
b.    Dialog diminimalkan misal satu dialog pada paragraf kedua atau ketiga
c.    Ada  twist atau kejutan di akhir paragraf
d.    Tidak perlu Panjang-panjang, kalimat singkat dan ringkas saja
2.    Struktur cerita
Struktur cerita pentigraf yaitu permulaan, tengah dan penutup. Setiap bagian ini diisi pembeda. Paragraf kedua berisi alur yang didalamnya ada konflik. Bisa ditambahkan satu kalimat langsung. Paragraf ketiga resolusi atau kesimpulan. Ada twist di akhir kisahnya.
3.    Tata cara menulis dialog yang benar
Beliau juga memberikan beberapa contoh pentigraf yang menarik. Selanjutnya Om Jay membuka sesi tanya jawab yang disambut antusias oleh para peserta. Tidak sabar lagi peserta ingin mencoba membuat pentigraf sesuai ide cerita masing-masing.
Ibu Rosiana membaca satu persatu pentigraf kilat dari para peserta dan memberikan masukan. Peserta semakin antusias mengirimkan pentigraf mereka sampai lebih dari jam 10 malam. Selanjutnya Om Jay juga memberikan tugas untuk mengirimkan resume pembelajaran mala mini ke email beliau.
Terima kasih Bu Rosiana dan Om Jay, ilmunya sangat bermanfaat.. 😊


Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
Guru SD Slametan, Gunungkidul, DIY.

MENULIS TIGA ALINEA (RESUME #1)




Hari  Ke-1 (Kamis, 26 Maret 2020)
Pertemuan pertama secara online di grup belajar menulis dengan narasumber Om Jay.     Saya sebelumnya masuk di grup gelombang 8, karena belum mulai  masih menunggu  kuota anggota  grup penuh. Maka saya pindah di grup 8 , jadi agak ketinggalan. Saya berusaha mengejar  materi , dengan tema menulis pertama yaitu 3 alinea . Om Jay mengirimkan kembali video  yang berisi motivasi menulis dan tugas untuk pertemuan pertama yang harus dikumpulkan ke alamat email Om Jay.
Tema menulis 3 alinea yang pertama yaitu sepiring somay. Semalam teman-teman anggota grup sudah banyak yang mengirimkan tulisannya, sangat menarik. Saya jadi malu  jika membagikan tulisan saya di grup. Jadi setelah saya menuliskan cerita tentang somay saya kirimkan ke alamat email Om Jay.
Setelah menulis 3 alinea tentang somay, lalu diberikan tugas untuk menuliskan resume tentang pembelajaran pertama menulis online. Resume ini digunakan sebagai syarat bukti telah mengikuti pertemuan dan untuk mendapatkan sertifkikat. Maaf ya Om Jay saya terlambat mengirimkan, karena saya ketinggalan di pertemuan pertama. Saya mulai masuk grup gelombang 7 baru Jumat, 27 Maret 2020. 

Terima kasih banyak Om Jay telah menggugah semangat menulis kami.


Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
Guru SD Slametan, Gunungkidul, DIY.

KETOPRAK




Tiga bulan yang lalu Andini dan Mas Dewa menikah. Permintaan Andini selalu aneh-aneh. Biasanya sering disebut ‘nyidam’. Tidak hanya ‘nyidam’ makanan, tapi juga mood yang juga aneh. Mas Dewa untungnya orang yang sabar. Kemana-mana Andini mau ikut dan tidak mau ditinggal di rumah sendirian. Tiba-tiba marah yang tidak jelas pula.
“Mas, dedek bayi dalam perut pengen makan ketoprak”, rengek Andini tengah malam itu. Jam dinding kamar menunjukkan pukul 23.00 WIB. Mas Dewa pun bingung jam segini mau cari ketoprak di mana. Ia mencoba menawarkan makanan yang lain dulu, baru esok harinya akan dicarikan ketoprak. Segala penjelasan dengan sabarnya sudah Mas Dewa sampaikan, akhirnya Andini pun nurut. Salad buah di kulkas menjadi alternatif pilihan. Tengah malam itu dedek bayi dalam perut atau ibunya yang pengen ngemil sudah melahapnya.
Andini menantikan sepiring ketoprak segera tersaji di meja makan. Segala penjuru warung dan taman kuliner sudah dihampiri dan hasilnya nihil. Di ujung gang desa sebelah, akhirnya ada juga warung bertuliskan ‘Ketoprak Bang Ujay’. Legalah hati Mas Dewa melihatnya dan nampak berbinar binar. Setelah didekati, ternyata ada tulisannya lagi dalam selembar kertas hvs “Libur sementara, takut korona”.


Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
         Guru SD Slametan, Gunungkidul, DIY.


SECANGKIR TEH




Ayah selalu membangunkan Andini sholat subuh berjamaah bersama Ibu dan Dek Afnan. Ayah juga selalu mengingatkan mendidihkan air untuk menyeduh teh. Kebiasaan ayah setiap pagi. Ibu menanak nasi dan menyiapkan sarapan untuk Dek Afnan. Dek Afnan kuliah semester 6 dan Andini bekerja sebagai guru di sebuah Sekolah Dasar Negeri. Ayah dan Ibu sudah pensiun 2 tahun yang lalu.
Keluarga ini begitu hangat dan sederhana. Di tengah sakit yang diderita ayah Andini beliau tetap nampak bugar. Tujuh tahun yang lalu jantung ayah Andini diberi ring. Setiap pagi ayah Andini menikmati teh sambil tersenyum menyalami kedua anaknya yang berangkat kerja dan kuliah. “Kita berangkat dulu ya yah, buk”, pamit Andini dan Afnan.
Suara adzan berkumandang, Andini bergegas bangun setelah sayup-sayup mendengar suara Ayah membangunkannya.  Di dalam fikirannya ia harus segera sholat berjamaah, mendidihkan air, menyeduh teh dan membantu ibu memasak sarapan. Tapi pagi itu, imam sholat subuh sudah berganti yaitu dek Afnan. Adik semata wayangnya yang telah menjadi imam sholat mereka selama tiga hari ini. Andini lalu bersalaman dengan ibu dan adiknya, serta mendoakan almarhum Sang Ayah.


Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
          Guru SD Slametan, Gunungkidul, DIY.

KUCING



Alfi adalah anak dari Mbak Nia, Mbaknya Mas Dewa. Dia suka sekali dengan kucing, di rumahnya ada 3 kucing yang berbulu tebal yang berwarna putih ada 2 ekor, dan 1 ekornya berwarna krem. Lain halnya dengan Andini, takut dengan kucing. Bukan takut sih, tapi geli dengan bulunya. Ketika tak sengaja menyentuh bulu kucing saat kucing Alfi lewat Andini selalu teriak-teriak. Makanya kalau di rumah Alfi, Andini tidak mau lama-lama karena selalu deg deg an saat disamperin kucingnya Alfi.
“Si Pussy, Ayah Pussy dan Mamah Pussy tuh nggak jahil lho tanteee,” jelas Alfi di deket Andini yang sambil menggendong bayinya. 
Andini pun menjawab, “Dek Alfi, mbok kalau tante ke sini tuh keluarga Pussy dikandangin dulu kek, dikasih makan biar pada istirahat di kandangnya.”
“Ih tante nih, kan Si Pussy mau bermain tanteee..”, lanjut Alfi. Akhirnya Andini pun yang harus menguatkan hati untuk selalu jaga jarak sama kucing-kucingnya Alfi. Karena Andini juga berfikir gak baik juga buat bayi, kan bulu kucing halus sekali, lalu mengajak Mas Dewa keluar makan bersama Alfi, Mas Ditok dan Mbak Nia.
            “Alfi, tante udah laper nih, makan yuk, Alfi pengen makan apa nih, makan keluar yaa sekalian ngajakin dedek bayi jalan-jalan,” ajak Andini.
            “Okedeh tantee, Alfi mau ganti baju dulu yaa, biar warna bajunya sama kayak bajunya dedek bayi, “Alfi bersemangat.



Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
Guru SD Slametan, Gunungkidul, DIY.

BAYI



Setahun sudah usia pernikahan Andini dan Mas Dewa. Tangisan bayi pun terdengar dari ruang bersalin ‘Kasih Bunda’. “Selamat bu, bayinya cowok, ganteng kayak ayahnya. Beratnya 3,4 kg dan panjangnya 51 cm”, kata Bidan Ana. Keluarga di luar ruangan sudah menantikan sang bayi mungil itu dengan hati tak karuan. Ibuk mertua langsung mengingatkan kepada Mas Dewa, “Wa, jangan lupa lho kendi tempat ari-arinya, sama perlengkapan lain untuk menguburkan ari-ari, Budhe Watik tolong nanti diminta membuat ‘nasi gudhangan’ buat prosesi penguburan ari-arinya thole ya.” “Ya, Bu sudah kok, tadi Dek Dion udah ke pasar beli kendi, ini sudah perjalanan ke sini. Budhe watik juga sudah tak telephon tadi buk, sudah tanggap juga kok langsung masak tadi”, jawab Mas Dewa.
            Tak lama kemudian Dek Dion tergopoh-gopoh membawa kendi tempat ari-arinya thole dan beberapa helai kain jarit. “Perlengkapan bayi dan kendi atas nama Ibu Andini,” seru perawat yang membantu persalinan. Lalu diberikannya perlengkapan itu kepada perawat oleh Mas Dewa. Mas Dewa dengan raut muka yang tidak sabar ingin melihat jagoannya yang telah lahir ke dunia sebagai pertemuan pertamanya. Tidak lupa Mas Dewa telah menyiapkan alat dokumentasi untuk diabadikan sebagai momen yang tak terlupakan dengan putra kecilnya.
            Dua puluh menit kemudian bayi mungil itu dibawa ke luar ruang bersalin dan akan dipindahkan ke kamar bersama ibunya. “Wah, lucu sekali mah.. aku pengen mah, buat aku ya mah”, seru Alfi kegirangan. “Lha itu kan adeknya Alfi juga, yuk kita ikutin ke sana,” jawab Mamah Nia sambil membawakan perlengkapan menuju ke kamar ibu dan bayi. Semua keluarga pun tersenyum lebar menyambut kedatangan anggota baru dalam keluarga besarnya.


Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
 Guru SD Slametan, Gunungkidul, DIY.

SOMAY





Siang itu tugas mengajar telah selesai, Andini lekas keluar kelas menuju kantor guru. Di samping tumpukan buku dan koreksian anak didiknya Andini duduk lalu meraih segelas air putih. Andini menghela nafas setelah setengah hari mengajar di kelas, “ddrrtt..” Hpnya pun bergetar tanda ada pesan whatsapp masuk,
13.40 [Mas Dewa]    : “Bu Guyu.. udah selesai ngajar belum?”
13.41 [Andini]           : “Alhamdulillah udah mas”
13.42 [Mas Dewa]    : “Udah makan siang belum dek? Makan siang yuk”
13.44 [Andini]           : “Belum sih mas. Yaudah yuk mau makan apa mas?”
13.45 [Mas Dewa]    : “Kamu pengennya makan apa dek?”
13.47 [Andini]           : “Emm.. apa ya mas.. somay?”
13.48 [Mas Dewa]    : “Okee dehh.. mas langsung jemput ke sana, tunggu ya”
14.49 [Andini]           : “Tiati mas”
            Mas Dewa sangat perhatian dengan tunangannya, Andini. Bulan depan rencananya mereka akan melangsungkan pernikahan. Andini yang demen banget sama somay Mang Unai yang berasal dari Bandung asli. Somay Mang Unai adalah warung somay terkenal di daerah Karangsari. Kebetulan sekolah tempat mengajar Andini dan Mas Dewa dekat dengan warung somay Mang Unai dan menjadi tempat favorit makan siang mereka sambil bercerita anak didik di sekolah masing-masing.
            “Seperti biasa ya buk”, pesan Mas Dewa kepada ibuk Unai. “Siappp pak Guru, somay komplit dua dan es jeruk dua, silakan ditunggu dulu” jawab Buk Unai. Mang Unai asli Bandung dan merantau di Karangsari, Yogyakarta bekerja sebagai buruh pabrik alat traktor lalu menikah dengan wanita asli Yogyakarta. Setelah menikah mereka mulai merintis usaha warung somay. Buk Unai inilah yang menemani perjuangan Mang Unai hingga seperti sekarang ini yang telah memiliki 3 cabang warung somay.



 Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
 Guru SD Slametan, Gunungkidul, DIY.