Setahun
sudah usia pernikahan Andini dan Mas Dewa. Tangisan bayi pun terdengar dari
ruang bersalin ‘Kasih Bunda’. “Selamat bu, bayinya cowok, ganteng kayak
ayahnya. Beratnya 3,4 kg dan panjangnya 51 cm”, kata Bidan Ana. Keluarga di
luar ruangan sudah menantikan sang bayi mungil itu dengan hati tak karuan. Ibuk
mertua langsung mengingatkan kepada Mas Dewa, “Wa, jangan lupa lho kendi tempat
ari-arinya, sama perlengkapan lain untuk menguburkan ari-ari, Budhe Watik
tolong nanti diminta membuat ‘nasi gudhangan’ buat prosesi penguburan
ari-arinya thole ya.” “Ya, Bu sudah kok, tadi Dek Dion udah ke pasar beli
kendi, ini sudah perjalanan ke sini. Budhe watik juga sudah tak telephon tadi
buk, sudah tanggap juga kok langsung masak tadi”, jawab Mas Dewa.
Tak lama kemudian Dek Dion
tergopoh-gopoh membawa kendi tempat ari-arinya thole dan beberapa helai kain
jarit. “Perlengkapan bayi dan kendi atas nama Ibu Andini,” seru perawat yang
membantu persalinan. Lalu diberikannya perlengkapan itu kepada perawat oleh Mas
Dewa. Mas Dewa dengan raut muka yang tidak sabar ingin melihat jagoannya yang
telah lahir ke dunia sebagai pertemuan pertamanya. Tidak lupa Mas Dewa telah
menyiapkan alat dokumentasi untuk diabadikan sebagai momen yang tak terlupakan
dengan putra kecilnya.
Dua puluh menit kemudian bayi mungil
itu dibawa ke luar ruang bersalin dan akan dipindahkan ke kamar bersama ibunya.
“Wah, lucu sekali mah.. aku pengen mah, buat aku ya mah”, seru Alfi kegirangan.
“Lha itu kan adeknya Alfi juga, yuk kita ikutin ke sana,” jawab Mamah Nia
sambil membawakan perlengkapan menuju ke kamar ibu dan bayi. Semua keluarga pun
tersenyum lebar menyambut kedatangan anggota baru dalam keluarga besarnya.
Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
Guru
SD Slametan, Gunungkidul, DIY.
No comments:
Post a Comment