Siang
itu tugas mengajar telah selesai, Andini lekas keluar kelas menuju kantor guru.
Di samping tumpukan buku dan koreksian anak didiknya Andini duduk lalu meraih
segelas air putih. Andini menghela nafas setelah setengah hari mengajar di kelas,
“ddrrtt..” Hpnya pun bergetar tanda ada pesan whatsapp masuk,
13.40 [Mas Dewa] : “Bu Guyu.. udah selesai ngajar belum?”
13.41 [Andini] :
“Alhamdulillah udah mas”
13.42 [Mas Dewa] : “Udah makan siang belum dek? Makan siang yuk”
13.44 [Andini] :
“Belum sih mas. Yaudah yuk mau makan apa mas?”
13.45 [Mas Dewa] : “Kamu pengennya makan apa dek?”
13.47 [Andini] :
“Emm.. apa ya mas.. somay?”
13.48 [Mas Dewa] : “Okee dehh.. mas langsung jemput ke sana, tunggu ya”
14.49 [Andini] :
“Tiati mas”
Mas
Dewa sangat perhatian dengan tunangannya, Andini. Bulan depan rencananya mereka
akan melangsungkan pernikahan. Andini yang demen banget sama somay Mang Unai
yang berasal dari Bandung asli. Somay Mang Unai adalah warung somay terkenal di
daerah Karangsari. Kebetulan sekolah tempat mengajar Andini dan Mas Dewa dekat
dengan warung somay Mang Unai dan menjadi tempat favorit makan siang mereka
sambil bercerita anak didik di sekolah masing-masing.
“Seperti
biasa ya buk”, pesan Mas Dewa kepada ibuk Unai. “Siappp pak Guru, somay komplit
dua dan es jeruk dua, silakan ditunggu dulu” jawab Buk Unai. Mang Unai asli
Bandung dan merantau di Karangsari, Yogyakarta bekerja sebagai buruh pabrik
alat traktor lalu menikah dengan wanita asli Yogyakarta. Setelah menikah mereka
mulai merintis usaha warung somay. Buk Unai inilah yang menemani perjuangan
Mang Unai hingga seperti sekarang ini yang telah memiliki 3 cabang warung
somay.
Oleh:
Riani Astuti, S.Pd.
Guru
SD Slametan, Gunungkidul, DIY.
No comments:
Post a Comment