Monday, March 30, 2020

SOMAY





Siang itu tugas mengajar telah selesai, Andini lekas keluar kelas menuju kantor guru. Di samping tumpukan buku dan koreksian anak didiknya Andini duduk lalu meraih segelas air putih. Andini menghela nafas setelah setengah hari mengajar di kelas, “ddrrtt..” Hpnya pun bergetar tanda ada pesan whatsapp masuk,
13.40 [Mas Dewa]    : “Bu Guyu.. udah selesai ngajar belum?”
13.41 [Andini]           : “Alhamdulillah udah mas”
13.42 [Mas Dewa]    : “Udah makan siang belum dek? Makan siang yuk”
13.44 [Andini]           : “Belum sih mas. Yaudah yuk mau makan apa mas?”
13.45 [Mas Dewa]    : “Kamu pengennya makan apa dek?”
13.47 [Andini]           : “Emm.. apa ya mas.. somay?”
13.48 [Mas Dewa]    : “Okee dehh.. mas langsung jemput ke sana, tunggu ya”
14.49 [Andini]           : “Tiati mas”
            Mas Dewa sangat perhatian dengan tunangannya, Andini. Bulan depan rencananya mereka akan melangsungkan pernikahan. Andini yang demen banget sama somay Mang Unai yang berasal dari Bandung asli. Somay Mang Unai adalah warung somay terkenal di daerah Karangsari. Kebetulan sekolah tempat mengajar Andini dan Mas Dewa dekat dengan warung somay Mang Unai dan menjadi tempat favorit makan siang mereka sambil bercerita anak didik di sekolah masing-masing.
            “Seperti biasa ya buk”, pesan Mas Dewa kepada ibuk Unai. “Siappp pak Guru, somay komplit dua dan es jeruk dua, silakan ditunggu dulu” jawab Buk Unai. Mang Unai asli Bandung dan merantau di Karangsari, Yogyakarta bekerja sebagai buruh pabrik alat traktor lalu menikah dengan wanita asli Yogyakarta. Setelah menikah mereka mulai merintis usaha warung somay. Buk Unai inilah yang menemani perjuangan Mang Unai hingga seperti sekarang ini yang telah memiliki 3 cabang warung somay.



 Oleh: Riani Astuti, S.Pd.
 Guru SD Slametan, Gunungkidul, DIY.

No comments:

Post a Comment