Hari, tanggal : Rabu, 15 April 2020
Narasumber : Tri Agus Cahyono, M.Pd.
Bapak Tri Agus Cahyono merupakan guru di
SD Kecamatan Tepus, Gunungkidul. Beliau juga guru berprestasi peraih juara 1 inobel
SD bidang MIPA tahun 2019, luar biasa sekali. Tema kali ini adalah “Karya Inovasi
dan Kualitas Diri”. Pada hakikatnya sebuah karya inovasi adalah puncak dari
proses belajar seseorang. Sesuai taksonomi Bloom yg telah direvisi oleh
Krathwool. Ada 6 tahapan berfikir kognitif:
1. Mengingat (C1)
2. Memahami (C2)
3. Menerapkan (C3)
4. Menganalis (C4)
5. Mengevaluasi (C5)
6. Menciptakan (C6)
Dalam taksonomi tersebut Karya inovasi
adalah sebuah tahapan puncak dari proses berfikir. Jadi ketika kita
menginginkan sebuah karya inovasi yang baik, maka kita tidak boleh melewati
tahapan2 tersebut. Jangan sampai kita berinovasi tapi:
1. Tidak tahu ilmunya
2. Tidak paham maksudnya
3. Tidak pernah menggunakan
4. Tidak bisa menganalisis bagian2nya
5. Tidak bisa menilai kelebihan dan
kekurangannya
Jadi intinya jika anda ingin
menciptakan karya inovasi maka anda harus belajar menguasai materi keilmuan
dari karya tersebut. Ketika final lomba Karya Inobel yg dinilai bukan sekedar
bagaimana karya tersebut atau karya tulisnya tetapi yg paling penting dan lebih
utama adalah bagaimana penciptanya/inovatornya yg akan ditelisik oleh dewan
juri melalui presentasi dan tanya-jawab. Nah bagaimana cara kita belajar untuk
meningkatkan kualitas diri dan sekaligus menciptakan sebuah karya inovasi
adalah dengan bekerja. Belajar kita lakukan pada saat mengajar.
Ketika kita berC1 sd C5 ada
sebuah ketidakpuasan. Setelah kita belajar, mengingat, memahaminya, menerapkannya,
menganalisisnya, kita pasti mengevaluasinya (kekurangan dan kelebihan). Disitulah
rasa ketidakpuasan akan muncul. Dan daya cipta kita sebagai manusia (
kreativitas) akan muncul. Nah sekarang bagaimana kita memilih bidang yg akan
kita buat inovasinya. Kuncinya "APIK" (saya kutip dari Pak Arif Edi):
1. Asli (jangan menjiplak)
2. Perlu (benar2 dibutuhkan)
3. Inovativ
4. Konsisten
Ok, sekarang saya berikan contoh karya
inovasi kami yg mendapatkan penghargaan inobel 2016. Namanya media
"Planetarium Bekam". Media ini adalah hasil dari ketidak puasan
terhadap media konvensional yg selama ini kami gunakan yaitu globe. Bertahun2
menggunakan globe hasilnya selalu biasa-biasa saja. Anak tidak tertarik/kurang
termotivasi dan prestasi belajar kurang memuaskan. Prestasi kurang lebih
disebabkan kurangnya motivasi. Motivasi rendah lebih disebabkan materi bukan
pada zona motivasi (jangkauan anak). Zona motivasi anak itu adalah sesuatu yg
menantang namun bisa dikerjakan. Jadi jika materi terlalu sulit dan terlalu
mudah maka dipastikan anak kurang termotivasi. Ketika menggunakan globe dalam
pembelajaran IPA untuk menerangkan materi pergerakan Bumi & Bulan, anak
dipaksa berfikir sangat abstrak.
Fungsi media ini adalah mempermudah
observasi. Ketika anak memperbandingkan globe yg diperagakan dengan lampu
senter dan mengakomodasikan dengan kejadian sebenarnya antara Bumi, matahari,
dan bulan sangat sulit. Disinilah ketidakpuasan terhadap globe muncul. Kita
analisis kelebihan dan kekurangan globe dalam menjelaskan materi tersebut.
A.
Kelebihan:
1. Model yg
paling sesuai
2. Ada di
sekolah
3. Mudah
digunakan
4. ...dll
B.
Kekurangan:
Tidak
bisa menampilkan bagaimana kenampakan langit dari bumi saat diperagakan.
Meskipun anak kelas 6 sudah mampu berfikir abstrak namun kemampuan tersebut
masih terbatas. Khusus pada gerak semu atau bukan gerak sebenarnya anak sangat
kesulitan untuk menerima konsep tersebut. Semisal Gerak semu harian matahari. Kita
menyampaikan ke anak bahwa gerak semu harian matahari. Matahari tidak bergerak
tetapi yg bergerak adalah bumi.
Gerak
semu harian matahari. Nah saya berpikir bagaimana supaya hal tersebut bisa
ditampilkan di kelas. Maka kamera yg saya pasang harus bisa live menampilkan
kenampakan langit. Kamera saya hubungkan ke laptop dan saya hubungkan ke
proyektor (LCD) saya sorotkan ke langit2 kelas. Maka jadilah planetarium bekam.
Bekam = Globe berkamera. Globe saya pasangi kamera web cam. Cara menggunakan
dalam pembelajaran seperti menggunakan globe biasa.
Begitulah
hasil karya dari Pak Agus. Sungguh sangat menginspirasi. Semangat beliau luar
biasa. Setiap hari mengajar harus PP lintas Provinsi. Pacitan-Gunungkidul
dengan jarak 70 km sehingga PP 140 km setiap kali mengajar. Waktu yang ditempuh
beliau 1,5 jam perjalanan. Selama perjalanan beliau sambil memikirkan rencana kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan bersama anak-anak didik beliau. Beliau sudah
pernah berkunjung ke Negara Sakura, Jepang.
Kesimpulan
dari beliau: Dalam berinovasi jangan memikirkan masalah yg bersumber dari luar
seperti lingkungan sekolah, sarana dan prasarana, dll tetapi FOKUS pada
KOMPETENSI DIRI itulah yg akan memudahkan kita menemukan hal-hal atau ide
penting yg membantu keberhasilan pembelajaran. Sehingga tidak hanya inobel yg
kita dapat, OGN akan dapat, Gupres juga akan kita dapat. Jadi tingkatkan kualitas
diri untuk karya yg berkualitas.
Oleh:
Riani Astuti, S.Pd.
Guru
SDN Slametan, Gunungkidul, DIY.
No comments:
Post a Comment